Sabtu, Juli 17, 2010

Love is Blind Part.1

Love Is Blind Part 1/6

-Kedekatan Ai dan Loando-

Airine Anasthasya begitulah nama lahir gadis berambut hitam sebahu, berkulit putih dan lumayan tinggi itu, tapi semua orang lebih sering memanggilnya Ai. Dipagi yang cerah, suara burung-burung terdengar sedang bernyanyi riang Ai mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Ya, inilah hari terakhirnya menginjakkan kaki di bangku SMA. Ai sangat bersemangat pagi ini, wajar saja karena mungkin ini adalah terakhir kalinya ia menatap wajah teman-temannya sebelum mereka semua pergi melanjutkan study masing-masing.
Yang lebih terpenting, Ai ingin menatap wajah Lando untuk terakhir kalinya. Selama ia berada di bangku SMA, hanya Lando lah yang selalu mengisi hatinya. Namun semua itu hanya Ai sendiri yang merasakan, Lando tak pernah peduli padanya. Tapi Ai tak pernah mempermasalahkan hal itu. Dulu memang mereka sempat dekat, tapi ntah ada satu dan lain hal yang membuat mereka saling jauh. Meskipun begitu, mereka juga masih sering saling menegur saat bertemu.
Ai menaiki motornya dengan santai menuju sekolah, antara sedih dan senang sedang berkecamuk dalam fikirannya. Ia merasa senang karena hari ini ia resmi dinyatakan lulus dari SMA dan akan mendapatkan ijazah. Dan ia sedih harus berpisah dengan teman-teman yang sudah seperti saudara sendiri untuknya. Tapi inilah hidup yang harus mereka lalui, life must go on.
Mereka memuaskan diri untuk saling berfoto-foto, makan dikantin, bercanda ria, saling ejek, melepas kepenatan juga kerinduan, dan sekali lagi, untuk terakhir kalinya. Ai bercanda-canda dengan teman-temannya didepan kelas. Dari seberang Ai melihat Lando pun sedang berbincang dengan teman-temannya. Benar-benar moment terakhir yang harus mereka manfaatkan. Tapi Ai tak pernah mengucapkan “sampai jumpa” pada Lando, padahal ini adalah kesempatan terakhirnya.
Malam harinya seperti biasa Ai online face book dan email dari laptopnya. Face book hanya teman-teman barunya yang menyapa, tak ada sesuatu yang berbeda. Tapi setelah ia membuka email, Ai sedikit terhenyak pada satu nama “Orlando Demarest”. Dia mengirim email pada Ai. Sedikit rasa senang tapi lebih banyak rasa tidak percaya pada hatinya. Pesan itu berbunyi:
“Ai, kenapa tadi lo acuh sih sama gue? Padahal belum tentu abis ini lo bisa ketemu cowo’ kayak gue. Ucapin sampai jumpa juga nggak! Nggak nyesel ngacuhin gue gitu?”
“Oh my god, sesuatu hal yang belum pernah terjadi dalam hidupku. Apa maksud semua ini?” pikir Ai. Dengan tampang innocent-nya, Ai membalas email itu
“Lo sendiri juga asyik sama temen lo, gimana gue mau nyapa elo?”
Pesan terkirim, tak berapa lama Ai menerima balasannya
“Sorry, sengaja. Hehehe…eh besok gue berangkat ke Korea. Lo gak mau anterin gue?”
Ai kembali tehenyak, “Korea? Jauh sekali? Apa aku bisa bertemu dia lagi?” Ai pun membalas pesan itu lagi
“Korea? Ngapain lo kesana? Jadi TKI? Hehehe…I’m kidding!”
“Sialan lo, enak aja TKI. Gue jadi pembokat. Jahh…malah parah. Hahaha…gue mau kuliah disana!”
“Kuliah? Hua…mami. Gue pengen banget kuliah di Korea. Itu mimpi gue, kenapa lo ngeduluin gue sih?”
“Kalah start lo! Gue udah lama berburu beasiswa disana! Jadi lo mau nganterin gue berangkat gak nih?”
“Idih…siapa lo? Nggak mau! Emang lo berangkat dari bandara mana?”
“Jahh…tadi bilang gag mau sekarang tanya gue berangkat dari-mana. Dasar cewe’ aneh!”
“Lo juga nyebelin! Gue Cuma mau nanya aja tau!”
“udah ngaku aja kalo’ lo perhatian sama gue! Hehehe…”
“Apaan sih lo, bodo amat!” Ai mencoba tetap acuh, meskipun sebenarnya sangat berharap bisa mengantar Lando.
“beneran ya gak nyesel gak ketemu gue lagi! Gue berangkat dari bandara Sukarno-Hatta, sekarang aja udah ada di Tangerang.”
“Oh...yaudah!”
“Hah…gitu doank? Lo gak nanya gue berangkat jam berapa?”
“apa pentingnya? :p”
“terserah deh, yang penting lo gak nangis aja gue tinggal, hahahah…”
Ai tak membalasnya lagi. Jangankan besok, sekarang ini pun Ai telah berderai air mata setelah tahu kenyataan ini. Ai tak tahu apa yang bisa dia lakukan setelah ini tanpa Lando. Esok siangnya, ia kembali mengirim email pada Lando
“Udah sampek Korea? Majikan baru lo baik gak? Hahaha…gimana kabar Korea setelah gue tinggal 17 tahun?? Jahh…ketauan ya kalo’ gak pernah kesana. Hihihi…”
Hari kehari mereka sering saling kirim email, bercanda-canda dan seperti biasa saling ejek. Sebenarnya ini sudah cukup untuk Ai, karena Lando sudah tidak terlalu cuek lagi padanya. Sebulan, dua bulan telah berlalu. Ai pun telah sering masuk kuliah di Jakarta, disebuah universitas terkemuka di sana. Tapi tetap sepi tanpa Lando.
Awalnya Ai kira setelah kepergian Lando ia bisa menemukan yang lain yang lebih dari Lando, ternyata tidak. Hatinya tetap untuk Lando. Tak tergantikan dengan pria lain. Berkali-kali Ai mencoba membuka hatinya untuk pria lain, tapi tetap tak ada yang bisa menggantikan posisi Lando dihatinya. Yang Ai harap hanya satu, Lando juga seperti itu.
Beberapa bulan berlalu, Ai sadar Lando takkan kembali ke Indonesia dalam jangka waktu bulan. Mungkin satu Tahun, dua Tahun atau mungkin malah sampai selesai baru dia pulang. Tanggal 7 December sehari sebelum ulang Tahun Ai, Ai tak bisa tidur. Penyakit insomnianya kembali merajalela. Saat seperti itu, ia habiskan dengan online face book, twitter, dan yang lainnya sampai matanya mengantuk. Tepat pukul 00.00 tanggal 8 December email masuk ke inbox Ai. Ia membukanya, karena penasaran siapa yang memberinya ucapan selamat ulang Tahun yang pertama kali.
“Orlando Demarest” tertulis username pengirim, Ai tersenyum senang dan segera membukanya.
“haii cewe’ aneh, jelek, narsis, dan semua-muanya yang jelek ada sama lo, happy b’day yah! Jangan kangen lagi sama gue! Gue tau, gue emang ngangenin tapi jangan segitunya donk kalo’ kangen, sampe’ meluk-meluk foto gue! Hehehe…”
Ai membalasnya, “cowo’ nyebelin, super duper jelek, penakut, ngapain lo ngata-ngatain gue? Siapa bilang gue kangen sama lo. Jiahh…nggak sama sekali. Tapi thanks ya udah ucapin HBD buat gue!”
“Masih gak ngaku lagi kalo’ kangen sama gue! Padahal ngarep banget kan ketemu sama gue, ayo ngaku!”
“Eh, ada juga elo yang kangen sama gue. Pake’ ngeles!”
Ai dan Lando saling berkirim email sampai Ai tertidur dan tak membalas emailnya lagi. Esok paginya Ai kembali pada rutinitasnya, kuliah lagi kuliah lagi. Tapi Ai senang ternyata teman-temannya ingat hari ulang tahunnya.
Hari-hari Ai kembali seperti biasa yang ia isi dengan saling bertukar email dengan Lando. Tapi sudah satu minggu ini Lando tak pernah membalas email Ai. “Kemana dia? Apa sedang sibuk dengan kuliahnya? Ah mungkin saja.” Ai selalu mencoba berfikiran positive pada Lando. Sampai suatu siang Ai sedang berada di kontrakannya dan mengetik tugas-tugas dari campus. Siang itu sangat terik, ya begitulah Jakarta. Panas dan bagaikan sedang sauna jika berada diruangan tertutup tanpa celah, kipas ataupun AC. Tiba-tiba Tessa teman satu kontrakan Ai memanggilnya.
“Ai, dicari temen lo didepan!” kata Tessa
“Siapa?” tanya Ai
“Tau tuh, katanya sih temen lama lo!” jawab Tessa
“Cewe’ apa cowo’?” tanya Ai lagi
“Cowo’. Udah gih sono temuin!” jawab Tessa geram karena Ai banyak tanya
“Siapa cowo’ yang mencariku? Akhir-akhir ini aku juga tidak sedang dekat dengan cowo’ manapun. Teman lama? Siapa? Apa mungkin Tyo teman SMA-ku? Ah, tidak. Dia kan sedang pulang kampung.” Pikir Ai. Ai segera menemui tamu itu. Dia menghadap keluar pintu, dari belakang terlihat dia berbadan tegap, tinggi, berkulit putih, dan atletis. Dia memakai kemeja putih dan celana jeans, sepertinya juga berkacamata. Casual tapi tetap rapi.
“Maaf, siapa ya?” tanya Ai. Cowo’ itu membalikkan badannya, *zoom out zoom in kayak sinetron*. Ai terpaku.
“Heh, gak usah segitu herannya kali. Cewe’ aneh!” katanya sambil berjalan menuju Ai. Ai tetap mematung.
“apa iya ini Lando? Asli beda banget. Tapi kenapa dia udah pulang? Terus darimana dia tau kalau aku ngontrak disini?” tanya Ai dalam hati
“Kaget lo ngeliat gue disini?” tanya Lando sambil mencoba menyadarkan Ai dari lamunan
“Eh…em…g…gue mimpi ya?” tanya Ai terbata
“Ye…siang bolong gini mimpi. Lo pasti kaget kan gue kesini?” Lando kembali bertanya, Ai mengangguk. “Gak usah kaget gitu kali!”
“Nggak, bukannya kenapa-kenapa, tapi bukannya lo lagi di Korea?” tanya Ai
“Ada libur panjang. Biasalah libur musim dingin.” Jawabnya
“Ohh… Terus lo tau darimana kalo gue ngontrak disini?” tanya Ai lagi
“Beberapa hari yang lalu gue ketemu Tyo dirumah, jadi gue tanya aja ma dia.” Jawab Lando santai, “eh lo sama Tyo tuh satu fakultas ya?”
“Nggak, dia ambil teknik kok!” jawab Ai, “lo sendiri udah berapa lama pulang?”
“Baru seminggu!”
“Ah…jahat, email gue gak pernah dibales!” kata Ai sambil memukul bahu Lando
“Hehehe...Mianhamnida...sengaja. Gue mau buat surprise!” balas Lando
“Huh dasar!” timpal Ai, “terus balik lagi kapan?”
“Akhir bulan, ya lumayan masih lama sih!”
“Abis itu pasti lo sibuk lagi!”
“Jangankan abis libur, sekarang juga masih sibuk!”
“Jahh…Gaya lo sibuk! Sibuk apaan coba?”
“Sibuk persiapan.”
“Buat apa?” tanya Ai sambil cengengesan
“Buat nembak lo!” kata Lando sambil menatap Ai, Ai kaget sedikit tak percaya.
“Huh…no comment deh gue!” balas Ai sambil bermuka merah
“Ahahahaha…gak usah merah gitu donk muka lo! Lagian siapa juga yang mau sama cewe’ aneh macem lo!”
“Lando bener, siapa juga yang mau pacaran sama cewe’ seperti aku yang galak, jutek, autis, suka menang sendiri, tomboy dan sedikit gila, (dalam konotasi positive).” Pikir Ai
“Apaan sih lo! Gue juga gak mau sama lo. Tipe gue tuh yang kayak Lee Jin Ki. Yang cakep, imut, cute, keren, pinter, jago nyanyi, romantis, dan yang terpenting dia belum pernah pacaran, ditambah lagi dia itu member yang paling kaya di boy band SHINee. Ya, dia memang usil tapi dia juga sedikit gila kayak gue. Emang jodoh kali ya! Hahaha…!” cerocos Ai, Lando mengacak-acak rambut Ai
“Jadi lo suka sama Onew gara-gara dia kaya dan artist itu?” tanya Lando
“Sama sekali bukan. Bahkan gue pengennya dia itu bukan seorang artist. Kalaupun Onew orang biasa dan bukan orang kaya, gue tetep mau sama dia. Karena dia satu-satunya Namja yang bisa merebut hati gue!” jawab Ai sambil membayangkan wajah Onew
“Mimpi lo!” balas Lando sambil mengusap muka Ai
“ih…gag apa-apa donk, siapa tau kenyataan, hehehe…seandainya Onew itu orang muslim, dia udah bener-bener jadi cowo’ paling perfect yang pernah gue temui. Pengen banget rasanya ketemu sama dia!”
“kalo’ lo mau gue bisa kok nemuin lo sama Onew, bahkan sama semua member SHINee!” kata Lando menawari
“Serius lo?” tanya Ai, Lando mengangguk, “tapi, gue gak punya duit mau ke Korea. Eh…ntar deh gue nabung dulu buat beli tiketnya!”
“Nih…” kata Lando sambil memberikan tumpukan kertas pada Ai
Ai memeriksa kertas-kertas itu dan membacanya, ternyata itu adalah tiket pesawat ke Korea. Sekali lagi Ai terhenyak pada kejutan yang diberikan Lando.
“Maksud lo?” tanya Ai bingung
“Lo ikut gue ke Korea, tuh tiketnya udah ada tinggal berangkat!” jawab Lando
“Ini buat gue?” tanya Ai masih dengan tampang bingung, “sumpah ya, lo tuh pinter banget bikin gue surprise!”
“Siapa dulu donk, Orlando Demarest! Jadi mau nggak?”
“Mian…gue nggak bisa nerima ini!” kata Ai sambil mengembalikan tiket itu pada Lando
“Loh kenapa? Bukannya lo pengen banget ke Korea?” tanya Lando heran
“Ini terlalu mahal, Land. Gue aja nggak tau bisa balikin apa nggak!” jawab Ai
“Udahlah gak usah dipikirin. Ini juga gue dapet gratis dari bos gue! Sebenernya itu tiket buat gue, tapi gak apa-apalah itung-itung buat hadiah ulang Tahun lo.” balas Lando
“Jadi lo kerja juga?” tanya Ai tak percaya
“Iya, gue jadi assistant manager-nya SHINee, makanya gue berani janjiin lo bisa ketemu sama SHINee!” jelas Lando
“Sorry…gue nggak mau ngutang terlalu banyak kayak gini sama lo. Lo dateng kesini aja gue udah seneng. Dan makasih lo udah inget sama ulang Tahun gue. Sorry banget gue nggak mau!” tolak Ai sekali lagi
“Gak usah buru-buru bilang sorry, bawa aja dulu. Lo pikirin mateng-mateng, kesempatan gak dateng 2kali, Ai!” jelas Lando sambil meninggalkan ruang tamu dan tiketnya dihadapan Ai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar